Selamat Datang Pembaca

Tentang Mimpi dan Berbagi

26/03/12

Cuap-Cuap Film

Saya kehilangan semangat buat ngerjain tugas film. Hemm, entah, apa saya bisa bertahan di proyek yang katanya bisa sampai memakan waktu delapan bulan ke depan ini. Seneng sih sebenernya join di proyek penggarapan film ini. Hal baru plus pengalaman baru. Meski terbilang nol di dunia perfilman, saya excited sekali. Tapi, malam ini mood saya benar-benar kacau, padahal harus buat selebaran untuk proses audisi tokoh film.
Ngomong-ngomong soal film, saya baru saja selesai nonton film dari negeri Jepang. Judulnya “My Boss My Hero”. Mungkin ada diantara kalian yang sudah nonton film ini, mungkin juga ada yang malah baru denger judulnya. Hemm, jadi pengen bedah film! Iya ah, daripada stress ngerjain deadline, mending refresh dulu..
Kalau tebakan saya sih, itu film dirilis sekitar tahun 2006-2007. Mengangkat kehidupan seorang anak kepala geng mafia Kantou Fang Sharp, bernama Sakaki Makio. Meski anak seorang kepala mafia, dia itu bodoh dan terpaksa harus kembali bersekolah bila ingin menjadi penerus organisasi geng mafia sang ayah. Makio tidak rela bila harus adiknya, Sakaki Mikio, yang menjadi penerus ayahnya. Singkat cerita, Makio pun akhirnya masuk ke kelas tiga-A SMA Saint Agnes dan berpura-pura menjadi pelajar berusia 17 tahun, padahal dia sudah berumur 27 tahun loh.
Awal-awalnya, Makio sangat tidak kerasan bersekolah. Baginya pergi sekolah dan belajar adalah omong kosong. Pertemuannya dengan Sakurakoji, salah seorang murid 3-A perlahan-lahan mengubah cara pandangnya. Makio, yang akrab dipanggil Makky oleh Sakurakoji, akhirnya menemukan perasaan bahwa sekolah itu menyenangkan. Ia mengajukan diri menjadi ketua kelas 3-A dan melakukan banyak perubahan pada kelasnya tersebut.
Makky berhasil menjadi ketua kelas yang bertanggung jawab, ia pun menyukai salah seorang teman perempuannya yang bernama Umemura Hikari. Namun, ia segera sadar bahwa jalan hidupnya adalah tetap mendedikasikan diri sebagai seorang Yakuza (mafia). Film ini memberi banyak pelajaran. Salah satunya adalah tentang peran pendidikan. Sekolah bukan hanya sekedar tempat pendistribusian ilmu dan pengetahuan. Lebih dari itu, sekolahpun bertanggung jawab dalam pembentukan karakter seorang individu.
Dalam film tersebut sangat jelas terlihat, bagaimana seorang guru dan pihak sekolah bahu-membahu dalam mendorong keberhasilan murid. Asalkan berusaha pasti berhasil. Selain itu, film tersebut seolah ingin menyampaikan kepada para penonton bahwa masa muda adalah masa-masa yang penuh semangat. Masa yang bergairah untuk mencapai semuanya. Penuh ikatan persahabatan, perjuangan bersama, cita dan cinta. Masa muda bukan untuk disia-siakan tapi untuk diperjuangkan untuk meraih masa depan yang masih misteri.
Dari film, kita bisa belajar kebudayaan yang dianut oleh suatu masyarakat. Film merupakan pencitraan kehidupan sehari-hari segolongan sosial. Menonton film “My Boss My Hero”, kembali membuka mata saya betapa Jepang memang negara yang siap menang dan bermental juara. Pendidikan sangat diutamakan dan kehidupan adalah ujian yang harus matang dipersiapkan agar dapat dilalui. Pada film tersebut, seluruh karakter pemain dicitrakan berpikiran positif dan rajin penuh semangat. Ada kisah cinta yang manis menggigit, namun tidak melulu berisi romansa, karena toh hidup tak melulu soal cinta. Apalagi untuk para remaja, ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar perasaan merah jambu.
Bagi yang belum pernah lihat film ini, saya rekomendasikan untuk menontonnya. Asli! Ada sesuatu yang bisa kita ambil usai menonton film ini. Salah satunya adalah semangat hidup dan berpikiran positif.
Saya berharap, Indonesia bisa menciptakan film-film atau mungkin sinetron-sinetron yang juga bernilai. Bukan cuma menayangkan hantu-hantu berbalut aksi porno, juga bukan sekedar kisah cinta picisan anak SMA yang saling iri dan sikut sana-sini, atau kisah ibu-ibu bapak-bapak yang rebutan anak dan harta, apalagi kisah yang terlihat agamis namun ternyata tidak syar’i. Bukan, jelas bukan!! Masyarakat kita butuh panutan yang benar. Saya yakin bangsa kita tak serendah yang tergambar di film-film dan sinetron yang umum wara-wiri di layar TV.
Masih ada yang bisa dibanggakan dari negeri. Jadi untuk para sineas tanah air, tampilkan wajah bangsa kita yang luhung dan bermoral. Bantu didik bangsa ini menjadi bangsa yang berkepribadian anggun dan bermental juara dengan menyajikan tayangan yang bukan sekedar tontonan, tapi juga tuntunan. J
Wah, keren yah sambungannya! Dari proyek film yang tengah saya ikuti, ujung-ujungnya nyerempet dikit ke dunia perfilman Indonesia. Baiklah, sayonara. Sampai ketemu saya lagi di pembahasan yang lain.
Bye.bye.

Tidak ada komentar: