Selamat Datang Pembaca

Tentang Mimpi dan Berbagi

14/02/12

Sebentuk Luka

Ada yang ingin ku katakan, tapi aku tak cukup mampu menguraikan rasa sakit ini. Aku terseok-seok, menutupi resah ini dengan sekulum senyum. Berulang kali aku rapal bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa aku bisa berjalan lancar, tapi aku lelah, nyatanya semuanya jelas tidak baik-baik saja, ada yang tidak beres dengan diri ini. Jelas ada rasa takut dari dalam diri ini, tapi aku tak tahu dimanakah letak kekhawatiran itu.
Mohon, tanya aku. Jangan biarkan aku dalam gelap ini. Aku tertawa tapi nyatanya aku terluka. Mohon jangan tertipu dengan senyumku ini. Aku memang jago berakting, lebih hebat dibanding aktor manapun. Tapi ini sungguh tidak menyenangkan. Aku ingin menangis, tapi tak ada hal yang cukup memaksa ku untuk mengeluarkan air mata. Akhir-akhir ini aku selalu merasa ingin melihat kisah, film, drama atau sekedar lagu  yang sedih, agar ada alasan untuk aku menangis. Padahal nyatanya aku tengah menangisi diri sendiri.
Pepatah bijak mengatakan jangan menyerah, orang-orang disekelilingku pun mengatakan hal demikian. Harusnya mereka tahu bahwa di dunia ini ada orang-orang yang butuh letupan semangat di luar kemampuannya sendiri, bahwa ada orang-orang yang perlu ditarik paksa dari ketidaksemangatannya. Bodohnya, aku lah orang itu.
 Bunda, ayah, anakmu sedang bermasalah untuk rentang waktu yang lama ini. Aku tersenyum, aku tertawa, tapi tahukah bahwa dalam mimpipun aku menjerit ketakutan. Tapi aku tak bisa mengatakan ini semua padamu, yang ingin aku katakan adalah betapa aku sangat ingin membuat kalian bahagia, bahwa aku bisa melewati semua rasa sakit ini dan mewujudkan mimpi sebagaimana yang aku rajut.
Bunda, ayah, dalam kesendirian ini aku tertatih, ratusan kali mencoba bertahan. Aku baru  tahu ternyata sendiri itu sangat menyakitkan. Jauh lebih pedih. Menangis di tengah gema tawa yang riang. Merasa terpencil ditengah keramaian.
Allah, aku tak mau sendiri. Tolong hapus tangisku ini.