Selamat Datang Pembaca

Tentang Mimpi dan Berbagi

26/03/12

Harap Tak Bertumbuh

Ketika pertemuan menyisakan harapan
Bagaimanakah rasa jatuh cinta? Apakah serasa waktu berjalan lamban dan syahdu? Senyum selalu tergurat manis dalam seraut wajah meski tanpa alasan yang pasti. Angin semilir berhembus tenang dan cahaya matahari serasa lembut membelai menghangatkan pipi yang kemerahan. Begitukah rasanya dijatuhi cinta? Yah, memang sepertinya demikian. Selalu ada aroma bahagia dalam setiap langkah orang yang tengah jatuh cinta. Begitu pula yang tengah dirasakan Madu. Ada bayangan seseorang di pelupuk matanya, tanpa sadar ia telah menggores sebuah nama di hatinya. Nama yang ia janjikan pada dirinya sendiri tak akan pernah melupakannya.
Forum kepenulisan yang diselenggarakan di kotanya beberapa minggu lalu membawa Madu pada sebuah pertemuan dengan Arian, seorang laki-laki santun dengan kemahiran menulis yang tak bisa diragukan lagi, seorang ketua dari organisasi penulis yang tumbuh di kota kelahiran Madu. Pertemuan yang akhirnya menyisakan rasa kagum pada diri Madu terhadap sosok laki-laki tersebut.
Madu sadar pasti bahwa perasaannya ini tak layak tumbuh. Bukan karena mereka berdua tidak saling mengenal. Lebih dari itu, perasaan ini memang belum punya hak bertumbuh di hatinya. Usai pertemuan itu, Madu hanya bisa berharap bahwa pertemuan itu tak hanya menjadi yang pertama dan terakhir. Madu memupuk harapan bahwa akan ada pertemuan kedua dimana perasaannya sudah layak tumbuh dan berkembang.
Sayang, harapan itu memang tak layak bertumbuh. Sebuah kenyataan memangkas habis harapan Madu. Sosok harapan itu telah memilih di dunianya dan ia tak punya tempat disana.

Tidak ada komentar: