Selamat Datang Pembaca

Tentang Mimpi dan Berbagi

30/12/11

Kaleidoskop Aksi Solidaritas Mahasiswa 2011 : Masih Ricuh?

Tahun 2012 tinggal hitungan hari, moment penghujung tahun selalu menjadi waktu yang pas untuk melakukan evaluasi atas apa yang telah kita lakukan selama satu tahun kemarin. Lalu bagaimana daengan ritme pergerakan mahasiswa selama tahun 2011? Sepanjang tahun ini tercatat gerakan aksi solidaritas mencuat ke permukaan.

Awal tahun, mahasiswa dan aktivis kabupaten Jombang melakukan aksi solidaritas untuk pemulangan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Arab Saudi. Pada bulan Maret mahasiswa Sastra Jepang Universitas Hasanudin menggelar aksi untuk membantu para korban tsunami Jepang. Disusul aksi membantu korban tsunami Mentawai dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Riau pada bulan April. Pada bulan September dan Oktober mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas Sriwiajaya Palembang dan Badan Eksekutif Mahasiswa se-Sumatera Selatan menyuarakan hal yang sama yakni tuntutan kekerasan terhadap mahasiswa.

Kematian Sondang Hutagalung, mahasiswa Universitas Bung Karno yang melakukan bakar diri di depan Istana Negara dan terkuaknya kasus Mesuji di penghujung tahun menambah panjang dafar aksi solidaritas mahasiswa, diantaranya yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Surya Kencana Cianjur (24/12). Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Bogor, Ari Santoso, mengatakan fenomena tersebut sebagai bentuk akumulasi kondisi sosial yang carut marut. “Keresahan atas kondisi sosial masyarakat dan sistem pemerintahan yang begini-begini saja memicu aksi tersebut,” kata Ari.

Aksi solidaritas seringkali diwarnai kericuhan dan bentrok. Niat hati untuk menyuarakan aspirasi malah menimbulkan keresahan dan kerugian bagi masyarakat. Menurut Ari aksi mahasiswa tidak harus berujung rusuh. “Kita coba mengaspirasikan suara kita dengan cara-cara yang lebih kreatif, kita harus tahu sasaran dan tujuan apa yang ingin dicapai saat melakukan aksi, dan instansi pemerintah serta pihak keamanan harus mau menemui dan mendengar suara mahasiswa” jelas mahasiswa Institut Pertanian Bogor tersebut.

Hal senada juga diungkapkan oleh Muhammad Zaini Dahlan, SP, mahasiswa pasca sarjana Institut Pertanian Bogor, “tindak kekerasan tidak harus dibalas pula dengan kekerasan karena hanya akan membawa dampak yang negatif seperti menimbulkan kecurigaan dan kekerasan lainnya,” tutur Zaini. Aksi mahasiswa yang seyogyanya untuk kepentingan masyarakat memang harus dilakukan dengan benar, jangan sampai ada pihak yang dirugikan apalagi sampai harus menelan korban. 

Thya Larasaty| Jihan
Diterbitkan pula di Jurnal Bogor Section B, 29/12/2011
(naskah asli sebelum masuk redaktur)

Tidak ada komentar: